Senin, 08 April 2013

Harapan Pertama


Di dalam kamar aku termenung. Buku-buku perpustakaan yang kupinjam berserakan diatas lantai kamar. Charger laptopku sudah berjam-jam tercolok ke stop kontak. Laptop siap sedia dari pagi hingga malam. Keripik kentang pedas ini menemani waktuku. Tapi...
                Tak satupun ide yang melintas di otakku. Entah kapan ide ini akan datang lagi. Terkadang aku jadi rindu ketika dulu aku masih bisa menulis sebanyak mungkin dan hampir setiap hari aku mempunyai waktu untuk menulis. Walau itu hanya sekedar cerita fantasi dan khayalan-khayalanku. Walaupun belum sempat aku publish atau kukirim ke beberapa redaksi. Karena waktu begitu terus mengejarku.
                Terkadang semangatku muncul. Untuk menulis apapun yang sedang ada di benakku. Tapi terkadang ide itu belum muncul. Hanya mata pegal yang dapat kurasakan. Jari-jariku sangat gatal mengetik dengan cepat dan menuangkan segala ekspresi otakku kedalam tulisanku.
                Dan ketika ide-ide ini muncul, aku sangat girang. Kunikmati waktu ini. Aku mengetik terus dan terus. Tanpa henti. Terus mengetik dan kurasakan. Tanganku, sendi sikuku mulai pegal. Jariku mulai panas dan laptopku perlahan mulai lambat kerjanya. Tapi ide ini terus berjalan. Seiring dengan berjalannya waktu. Aku harus siap menerima kedatangan ide ini. Kapanpun dan dimanapun.
                Sekarang aku harus menuangkan ide itu dimanapun. Apapun yang ada dibenakku, yang melintas yang menempel seperti karang di dasar laut, harus segera kuatasi. Harus segera kuketik atau kutulis mereka semua ke dalam tulisanku. Biarlah jika tanganku harus pegal-pegal seperti saat ini.
                Mataku tak henti menatap layar. Jari-jariku terus bergerak karena saking hafalnya letak setiap abjad di keyboardku. Rasanya tak perlu kuucapkan jari-jari ini sudah memotorikkan ideku ke dalam tulisanku. Walau terkadang aku tak sadar apa yang sedang kutulis ini. Entah tulisan ini sekarang, nyambung atau tidak. Tapi yang jelas secepat dan sesiaga mungkin harus segera kutuangkan ide ini.
                Meskipun bukan cerita tentang cinta, persahabatan atau fantasi seperti dulu yang kubuat, tetapi aku percaya. Ide bisa datang dalam bentuk apapun. Kata-kata yang keluar itulah yang kusebut ide. Sastra apa saja. Bukan hanya cerita. Berkata bijakpun itu sastra. Dan sastra itu keluar karena ada ide. Berarti sekarang ini aku sedang bersastra. Karena ide sedang mengalir deras di otakku.
                Aku bahagia apabila ide sedang mengalir lancar seperti ini. Rasanya aku tak ingin beranjak dari kasurku dan aku ingin rasanya terus menatap layar laptopku walaupun rasanya sudah pedas. Tapi mata pedas, jari pegal dan bahu yang gatal ingin kuregangkan tak sebanding jika aku kehilangan ideku. Aku justru lebih senang bermata pedas dan jari-jariku pegal, daripada aku hanya bengong dan terpaku diam didepan layar laptopku. Sastra sedang berlarian di otakku.
                Menurut perkiraanku, tulisanku sekarang ini yang sedang kutulis bukan karanganku sejak lama. Inilah yang disebut ide. Datang kapanpun dan tidak menentu waktunya. Kalau begini aku berharap Ayah atau Ibu dan mungkin kedua tuyulku yang lucu itu tidak menggangguku selagi aku mengetik seperti ini.
                Sepertinya cukup sudah aku mengetik. Karena ternyata nyeri di bahuku semakin menjadi. Segera kuposting ideku ini, tulisanku ini kemanapun. Aku punya blog. Tidak harus ke redaksi. Baik, selamat membaca teman di blog. Semoga kalian bisa mencerna dan tidak bosan membaca tulisanku ini. Semoga aku tetap bisa membagi ideku kapanpun. Sekian J

Harapan Pertama

Senin, 08 April 2013


Di dalam kamar aku termenung. Buku-buku perpustakaan yang kupinjam berserakan diatas lantai kamar. Charger laptopku sudah berjam-jam tercolok ke stop kontak. Laptop siap sedia dari pagi hingga malam. Keripik kentang pedas ini menemani waktuku. Tapi...
                Tak satupun ide yang melintas di otakku. Entah kapan ide ini akan datang lagi. Terkadang aku jadi rindu ketika dulu aku masih bisa menulis sebanyak mungkin dan hampir setiap hari aku mempunyai waktu untuk menulis. Walau itu hanya sekedar cerita fantasi dan khayalan-khayalanku. Walaupun belum sempat aku publish atau kukirim ke beberapa redaksi. Karena waktu begitu terus mengejarku.
                Terkadang semangatku muncul. Untuk menulis apapun yang sedang ada di benakku. Tapi terkadang ide itu belum muncul. Hanya mata pegal yang dapat kurasakan. Jari-jariku sangat gatal mengetik dengan cepat dan menuangkan segala ekspresi otakku kedalam tulisanku.
                Dan ketika ide-ide ini muncul, aku sangat girang. Kunikmati waktu ini. Aku mengetik terus dan terus. Tanpa henti. Terus mengetik dan kurasakan. Tanganku, sendi sikuku mulai pegal. Jariku mulai panas dan laptopku perlahan mulai lambat kerjanya. Tapi ide ini terus berjalan. Seiring dengan berjalannya waktu. Aku harus siap menerima kedatangan ide ini. Kapanpun dan dimanapun.
                Sekarang aku harus menuangkan ide itu dimanapun. Apapun yang ada dibenakku, yang melintas yang menempel seperti karang di dasar laut, harus segera kuatasi. Harus segera kuketik atau kutulis mereka semua ke dalam tulisanku. Biarlah jika tanganku harus pegal-pegal seperti saat ini.
                Mataku tak henti menatap layar. Jari-jariku terus bergerak karena saking hafalnya letak setiap abjad di keyboardku. Rasanya tak perlu kuucapkan jari-jari ini sudah memotorikkan ideku ke dalam tulisanku. Walau terkadang aku tak sadar apa yang sedang kutulis ini. Entah tulisan ini sekarang, nyambung atau tidak. Tapi yang jelas secepat dan sesiaga mungkin harus segera kutuangkan ide ini.
                Meskipun bukan cerita tentang cinta, persahabatan atau fantasi seperti dulu yang kubuat, tetapi aku percaya. Ide bisa datang dalam bentuk apapun. Kata-kata yang keluar itulah yang kusebut ide. Sastra apa saja. Bukan hanya cerita. Berkata bijakpun itu sastra. Dan sastra itu keluar karena ada ide. Berarti sekarang ini aku sedang bersastra. Karena ide sedang mengalir deras di otakku.
                Aku bahagia apabila ide sedang mengalir lancar seperti ini. Rasanya aku tak ingin beranjak dari kasurku dan aku ingin rasanya terus menatap layar laptopku walaupun rasanya sudah pedas. Tapi mata pedas, jari pegal dan bahu yang gatal ingin kuregangkan tak sebanding jika aku kehilangan ideku. Aku justru lebih senang bermata pedas dan jari-jariku pegal, daripada aku hanya bengong dan terpaku diam didepan layar laptopku. Sastra sedang berlarian di otakku.
                Menurut perkiraanku, tulisanku sekarang ini yang sedang kutulis bukan karanganku sejak lama. Inilah yang disebut ide. Datang kapanpun dan tidak menentu waktunya. Kalau begini aku berharap Ayah atau Ibu dan mungkin kedua tuyulku yang lucu itu tidak menggangguku selagi aku mengetik seperti ini.
                Sepertinya cukup sudah aku mengetik. Karena ternyata nyeri di bahuku semakin menjadi. Segera kuposting ideku ini, tulisanku ini kemanapun. Aku punya blog. Tidak harus ke redaksi. Baik, selamat membaca teman di blog. Semoga kalian bisa mencerna dan tidak bosan membaca tulisanku ini. Semoga aku tetap bisa membagi ideku kapanpun. Sekian J